Kau Laksana Bulan

Kau Laksana Bulan
~~Iman di hati, cinta hanya kepada Ilahi~~

Denganmu atau tanpamu

Dengan Atau Tanpamu, Kaku disatu cinta. Cinta melirikan lara. Gerak kerinduan, sendiri tanpamu. Kadang menusukkan jiwaku. Namun aku tetap tega jua lalu ku tempuhi semuanya. Cinta luhur digilap menjadi cahaya, Dengan mu hidup lebih bermakna. Keyakinanku pun semakin bertambah. Semakin mudah kaki mengatur langkah, rasa tepatnya pilih hidup bersama denganmu.

Sebelum terjatuh sakitnya tak tertanggung.Atau kemungkinan langit esok mendungDibawah langit yang terbukaKu mohon rahmat Tuhan Yang Esa

Kalau ditakdirkan aku harus berhadapanBerakhirnya suatu ikatanAkan aku relakan pada perpisahanNyawa berpisah dari badan

Kalau ditakdirkan berakhir dipertengahanSuratan sebuah percintaanSanggup aku menahanPedih perpisahanWalau menghiris perasaanSakitnya biar aku rasakan..

Saturday, February 24, 2007

SEBUAH PERTEMUAN

Ketika diri mencari sinar
Secebis cahaya menerangi laluan
Ada kalanya langkahku tersasar
Tersungkur di lembah kegelapan

Bagaikan terdengar bisikan rindu
Mengalun kalimah menyapa keinsafan
Kehadiranmu menyentuh kalbu
Menyalakan obor pengharapan

Tika ku kealpaan
Kau bisikkan bicara keinsafan
Kau beri kekuatan, tika aku
Diuji dengan dugaan…
Saat ku kehilangan keyakinan
Kau nyalakan harapan
Saat ku meragukan keampunan Tuhan
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala

Menitis airmataku keharuan
Kepada sebuah pertemuan
Kehadiranmu mendamaikan
Hati yang dahulu keresahan

Cinta yang semakin kesamaran
Kau gilap cahaya kebahagiaan
Tulus keikhlasan menjadi ikatan
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan

Titisan air mata menyubur cinta
Dan rindu pun berbunga
Mekar tidak pernah layu
Damainya hati Yang dulu resah keliru
Cintaku takkan pudar diuji dugaan
Mengharum dalam harapan
Moga kan kesampaian kepada Tuhan
Lantaran diri hamba kerdil dan hina

Syukur sungguh di hati ini
Dikurniakan teman sejati
Menunjuk jalan dekati-Nya
Tika diri dalam kebuntuan

Betapa aku menghargai
Kejujuran yang kau beri
Mengajarku mengenal erti
Cinta hakiki yang abadi

Tiada yang menjadi impian
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan
Yang terbias pada ketulusan
Sekeping hati seorang insan
Bernama teman

Thursday, January 25, 2007

Dengan Atau Tanpamu

Kaku disatu cinta
Cinta melirikan lara
Gerak kerinduan
Sendiri tanpamu
Kadang menusukkan jiwaku

Namun aku tetap tega jua
Lalu ku tempuhi semuanya
Cinta luhur digilap menjadi cahaya
Dengan mu hidup lebih bermakna

Keyakinanku pun semakin bertambah
Semakin mudah kaki mengatur langkah
Rasa tepatnya pilih hidup bersama denganmu

Sebelum terjatuh sakitnya tak tertanggung
Atau kemungkinan langit esok mendung
Dibawah langit yang terbuka
Ku mohon rahmat Tuhan Yang Esa

Kalau ditakdirkan aku harus berhadapan
Berakhirnya suatu ikatan
Akan aku relakan pada perpisahan
Nyawa berpisah dari badan

Kalau ditakdirkan berakhir dipertengahan
Suratan sebuah percintaan
Sanggup aku menahan
Pedih perpisahan
Walau menghiris perasaan
Sakitnya biar aku rasakan

Wednesday, January 24, 2007

Semakin Hari Semakin Sayang


Bila memandang gambar mu
Hatiku rasa terharu
Senyuman dibibirmu
Menawan kalbu

Mengapa hanya bayangan
Tak sanggup berjauhan
Andainya kita bersua
Betapa mesra

Ku dampingi mu oh sayang
Hati berlagu riang
Teringat malam dan siang
Bertambah sayang

Sungguh ku terposana
Serasa kau bersama
Memberi kucupan mesra
Daku bahgia

Semakin hari kukenang
Jiwaku rasa tak senang
Semakin hari kupandang
Semakin sayang

Thursday, January 18, 2007

Biar Bulan Bicara oleh Broery Marantika

Bulan sabit
Yang jatuh dipelataran
Bintang redup
Tanpa cahaya gemintang
Langkah tanpa arah
Sesat di jalan yang terang
Aku yang terlena dibuai pelukan dosa

Chorus:
Ingin pulang membalut luka hatimu
Ku pun tahu betapa pedih batinmu
Beri kesempatan atau jatuhkan hukuman
Andai maaf pun tak kau berikan

Air mata tulus jatuh di sudut bibir mu
Tak terlintas dendam di bening mata indah mu
Aku yang merasa sangat berdosa pada mu
Masih pantaskah mendampingi mu

Biar lah bulan bicara sendiri
Biarlah bintang kan menjadi saksi
Tak kan ku ulangi walau sampai akhir nanti
Cukup derita sampai di sini

Sunday, January 14, 2007

Berkat Kasihmu

Sesungguhnya ku merasa
Indah sungguh hidup ini
Kau pancar sinar kasih
Berseri aku rasakan
Sesaat ku bersamamu
Terhapus sepi...

Harum sungguh kasihmu
Tak pernah ku merasakan
Hidupku dulu kelam
Kini bercahaya...

PadaMu oh Tuhan
Sering ku berdoa
Restuilah pertemuan ini
Biar abadi...

Tersenyum sendiri
Bukti kesyukuran
Dengan berkat kasihmu
Bahagianya hidupku...

Tak perlu ada kebimbangan
Kutahu tulusnya kasihmu
Melangkah kita sehaluan
Memuji kebesaranNya
Jatuh bangun tetap bersama
Berulam garam pun aku rela
Yang pastinya kau ada di sisi
Itu cukup memadai...

Hidupku dulu kelam
Kini bercahaya...
Dengarlah

Angin berlalu bagaikan sepi
Sewaktu semilirnya tanpa seri
Khabar ditunggu terlerai kini
Bersama tangisan hiba sekeping hati
Walau tanpa jalinan sendu di sisi

Tenanglah wahai sanubari
Mengalirlah umpama air di kali
Walau dikicah mahupun dicencah
Tetap ia berhenti gelisah

Sejuklah aduhai kalbu
Dinginlah dan tuluslah seperti salju
Jangan difikir semarak lalu
Walau terpaksa menghirup pilu
Buat menunggu untaian kasihmu
Pastinya ku utus setulus rinduku

Tuesday, January 09, 2007

Semoga setelah malam sepi nan sulit ini
kita akan berkumpul lagi
dalam naungan yang teduh.
Rembulan terus bersinar dengan indah
unggas-unggas terus bernyanyian
alam dan tumbuhan mendoa kebahagiaan.
Sesungguhnya
setelah berlalunya berbagai kesulitan,
tentu hari-hari berikutnya
akan ada kebaikan yang banyak.

Masihkah kau ingat...kita berlari-lari..
di kaki langit mencari pelangi...
Masihkah kau ingat...kita berlari-lari
di kaki langit mencari pelangi....
lalu hujan turun....kita basah bersama
masih kah kau ingat...masih kah kau ingat...


Tolehlah sebentar di sini
Yang ini hati di hujung jendela pintumu...

Izinkah teduhku di sini?
Atau jiwa kekar yang tega...
Mengaduk degup denai kecil
kewalahan mendamba sungai deras
Seperti bukan dalam manik yang dihitung
Melepas ke alur mencari laut luas...

Izinkah baringku di sini?
Menghempas lelah memasuki dadamu
Terdengarkan resah...
Kudongak ke langit bertanyakan Jiwaku...
Mengisahkan pelupuk matanya yang lembab
Bercerita tentang gerimis
Berkeluh mereguk rindu di wajahku...

Yang Jiwaku merintih takut terlepaskan...
Nada yang mulus melontar lirih
Yang katanya...
Tidurlah Hati....Jiwamu di sini....

Izinkah mimpiku di sini?
Mengeluh dalam waktu yang tidak cukup
Membujuk jiwamu menguntumkan mawar
Lepaskan pergi guyuran resah yang berontak
Biarkan mimpi ini lama berkisah...
Dalam sesaat pun tiada kuizin bayangmu menjauh....


Sunday, January 07, 2007

Hatiku terasa sedih saat menanggung derita
namun terkadang kesengsaraan bagiku
ada hikmahnya
Begitu banyak hari
yang diawali dengan kesusahan dan kesedihan
namun berakhir
dengan kesenangan dan kegembiraan
Aku tidak merasa berat
dengan kesusahan yang menimpaku
kerana aku yakin
akan ada jalan keluar di balik kesusahan.
Hujan Rindu

Genggamlah aku dalam mimpimu
dan engkau dalam rinduku
sebelum kabut menyingkap
relakan nafas bersatu lagi......

aduhai hati..
sebenarnya engkau telah kusatukan dalam nafas
sehingga kedegup jantungku berdenyut namamu
lantas lenamu dalam hatiku..
dan aku dalam dengkur kasihmu..

selendangkan aku sutera cintamu
dan engkau dalam asmaraku
maka yang dijadikan
tersimpul dalam yang menjadikan

aduhai hati..
sebenarnya lah engkau adalah pautan hati
sehingga nafas berhembus dalam gegar gemala
pantasnya engkau berdiam dalam kalbuku
dan aku dalam hatimu..

aduhai hati..
dengarilah mutiara rinduku menitis
dendangan keramat berladung silau
barangkali telah melewati seabad
maka aku tertinggal sendirian
dengan tidak menyedari..

hanya..
asyik menanti hujan berhenti..

Friday, January 05, 2007

Betapa sering engkau mengeluh dan mengatakan
bahawa engkau tidak punya apa-apa
padahal bumi, langit, bulan dan bintang-bintang
disediakan untukmu.

Bunga-bunga yang beraneka warna
nan harum semerbak aromanya
dan burung-burung yang merdu kicauannya.

Air yang ada di sekitarmu berkilauan bak perak
dan mentari yang ada di atasmu
rembulan yang bersinar malamnya
bak emas nan menyala.

Dunia dengan segala keindahannya
disajikan untukmu
maka mengapa engkau bermuram durja.

Dunia pun tersenyum
maka mengapa engkau tidak ikut tersenyum.

Jika engkau bersedih
kerana kegagalan yang telah lalu
maka mustahil engkau dapat meraihnya kembali
dengan menyesalinya.

Atau engkau takut kecewa seterusnya
maka mustahil engkau dapat mencegahnya
hanya dengan bermuram durja.

Atau engkau telah lalui masa mudamu
maka jangan kau katakan bahawa zaman telah menua
kerana sesungguhnya zaman tidak menua.

Perhatikanlah
sampai sekarang masih bermunculan dari bumi
berbagai tumbuhan yang sangat indahnya
hingga seakan-akan berbicara kepadamu.


"Hanya Tuhan yang tahu apa yang kita fikirkan namun jangan nafikan kita tak fikirkan mereka yang berada di hati kita......Walau apa kesudahannya hidup ini, aku akan sentiasa memikirkan mu...
Semoga sentiasa tersenyum dan aku juga akan tersenyum bila memikirkan
dirimu..."

Thursday, January 04, 2007

Ku duduk sendiri
kala orang semua tetap tidur
dan malam pun telah larut.
Kerinduanku kepadamu membuatku tak dapat tidur
wahai manusia yang termulia.
Kau penuhi hati ini dengan kecintaan
hingga malam-malam yang ku lalui
sentiasa indah oleh sinar rembulanmu.

Semoga hidupmu selalu indah
selagi kehidupan manusia lainnya terasa pahit.
Semoga engkau senantiasa nyaman
selagi banyak manusia merasa hidup tertekan.
Jika cinta yang kau miliki adalah cinta sejati
maka segalanya akan menjadi mudah.

Tuesday, January 02, 2007

Ikhtiar Bantal Busuk...

Tuhan menyuruh kita berikhtiar,
mencari jalan sebelum menadah tangan
memohon belas kasihan.

Apakah daya kita, hendak
mencakar kuku tiada, hendak
menggigit taring melengkung, hendak
menumbuk tangan luka, hendak
menendang kaki kudung.

Fikiran sahaja tanpa-apa
tidak dapat memulangkan air yang telah keluar ke mata.

Malam itu aku letakkan otakku ke atas bantas busukku

Aku mengasahnya bertalu-talu
Tiba-tiba
dan air mata yang sekian lama menitis
ke atas bantal busukku
di malam-malam sepi
membisik kata-kata:
Minta.
Kehibaan dan nestapa tak di pakai selamanya.
seperti malam menunggu bulan menjelma
pergilah sepi, pergilah derita selamanya.
Secangkir Kasih Sebatang Dian...

Gelap malam pun turun
menyelubungi hidupku
dengan gundah dan rawan.

Ketika aku melangkah, perlahan-lahan
ke daerah kecewa, tiba-tiba kau datang ke
hadapanku,
membawa secangkir wangian kasih tujuh warna
dan sebatang dian yang menyala.

Kau pun basuh duka
yang terpancar di wajahku
kau pulangkan maruah yang telah lama hilang,
dan
kaki untuk aku berdiri.

Maka aku pun kembali menjadi manusia.

Dian yang kau berikan padaku dulu
sentiasa kusimpan rapi.
Setiap malamku menjadi gelap
dan ada suara-suara yang menangis hiba
takutkan kegelapan dan kedukaan
aku nyalakan dian pemberianmu itu.
pasti malam menjadi terang.
Indah Lenaku...

Laksana hujan yang turun
pada bumi gersang
kau datang ke dalam hidupku.
Sepertimana bumi menjadi subur
aku pun makmur.

Laksana hujan yang turun
lalu pulang ke laut
kau datang menyegari hidupku
pun bayu bertiup lembut sayu.

Di bumi yang segar
dibasahi air kasihmu
benih pun subur menjadi pohon.
Bergayut di dahannya buah yang ranum
manisnya bagaikan madu.

Kulihat laut yang menghampar saujana
gunung ganang menghijau berdiri gagah
malam-malam rindu menantikan bulan
siang cemburu dengan kehadiran mentari.
Bayu bertiup bertasbih mendoakan
selamat beristirehat malam.
Usah gusar pada mereka mereka yang berduka
kerna hadirnya seperti malam dan siang
hilang gelap muncullah terang.

Saturday, December 30, 2006

Kasihku Seluas Langit Biru...

Sanjung pujiku padamu
tidak bisa kau dengar
kalau kau pasang hanya telinga.

Cuba kau suluh, kekasihku
dengan lampu matamu
di hujung kalbu
pada wajahku.

Pasti kau temu
kasihku padamu
seluas langit biru.

Sampai hujung waktu
sampai hujung nyawa
sampai tikanya.

Thursday, December 28, 2006

Tentang Bintang Yang Tak Ingin Lagi Menemani Bulan

”Cahaya bulan tidak pernah meramal, itu janji yang dipegangnya. Ia juga tidak pernah mengingatkan atau memberi awas-awas. Ia hanya menerima sinar matahari yang kemudian dipantulkannya ke bumi: kilau-kemilau”

Tahukah kamu jika pada malam hari bintang-bintang dan bulan, juga planet-planet, mega, angin, dan ketiadaan ruang angkasa saling bercakap-cakap? Ya, mereka bercengkerama, bercanda, bertengkar, atau hanya diam. Kerana itu kadang-kadang di malam yang cerah aku akan naik ke atas atap rumahku dan mendengarkan percakapan mereka, walau pada pagi harinya bapaku akan marah-marah padaku kerana atap rumah kami jadi bocor ketika hujan turun. Kadang-kadang aku malah ikut bercakap-cakap dengan mereka. Suatu hari pernah ku dengar sebuah bintang berbicara pada bulan,

“Aku tidak ingin lagi menemanimu mulai malam ini dan seterusnya” katanya.

“Kenapa?” tanya bulan “Padahal aku menyukaimu, aku menyukai malam-malam dimana kau ada dan menemaniku hingga fajar menjelang” tetapi bintang itu hanya diam meredup dan bersembunyi di balik mega. Justeru kerana bulan menyukainya maka bintang itu menghilang. Aku mengetahui hal itu kerana sebuah bintang lain yang adalah teman karibnya mengatakannya padaku.

Cinta memang aneh, bukankah ia seharusnya mempersatukan? Bintang itu mencintai bulan. Tetapi bulan tidak mencintainya, ia hanya ‘menyukainya’. Siapa pula yang membeza-bezakan cinta dengan suka? Kenapa bulan tidak membencinya saja, malah bulan menyukainya sehingga bintang tidak mempunyai alasan untuk tidak menemaninya malam nanti. Bintang yang sinarnya paling terang adalah bintang yang berwarna biru.


Sebuah iklan tong gas yang sering kulihat di television juga selalu membangga-banggakan produknya yang memiliki api biru, bukankah bintang juga seperti api yang panas dan memberikan sinar? Bintang yang sedang kuceritakan hanyalah sebuah bintang kecil yang berwarna merah. Kerana itu ia tidak pernah dapat mengumpulkan keberanian untuk berkata pada bulan “Aku mencintaimu!”. Bulan sendiri tidak pernah menganggap bintang sebagai lebih dari sahabat yang selalu menemaninya setiap malam, dan sesungguhnya bintang mengetahuinya.

“Aku mencintai matahari” kata bulan ” Ia dapat membuatku bersinar indah diwaktu malam. Ia membuatku selalu ditunggu oleh para pencinta malam. Ia membuatku selalu dinanti oleh para pujangga yang yang menulis berbait-bait puisi tentang cinta hanya dengan melihat diriku di langit malam. Anak-anak kecil menunggu kehadiranku agar dapat bermain-main di lapangan di tengah kampung (tentu saja hanya anak kampung yang menunggunya, anak-anak kota terlalu sibuk bermain play station atau chating di mirc sehingga tidak sempat lagi melihat langit di malam hari)”.

Bintang tak pernah habis berfikir kenapa bulan mencintai matahari, bulan bahkan hampir tak pernah bertemu dengan matahari dan ketika mereka bertemu pun bulan akan kehilangan sinarnya. Kita menyebutnya gerhana matahari, saat itu kita tidak diperbolehkan melihat langsung ke langit, katanya dapat merosak mata kita. Matahari tidak pernah memikirkan bulan, ia hanya bersinar dan memberikan sinarnya tanpa membeza-bezakan. Ia bahkan tidak mengetahui kalau sinarnya dimanfaatkan oleh bulan untuk bersinar dimalam hari.

Ia hanya menganggap bulan sebagai benda yang kadang-kadang menghalanginya memberi sinar kepada bumi. Mungkin matahari mencintai bumi, aku tidak tahu kerana aku tidak pernah bercakap-cakap dengan matahari dan bumi tidak pernah bercerita tentang ini, sejujurnya aku tidak terlalu peduli. Bintang merasa tidak mendapatkan keadilan. Kenapa bulan mencintai matahari yang bahkan tidak pernah memikirkan bulan, dan bukan mencintai bintang yang mencintai bulan dengan sepenuh hatinya? Bintang juga merasa tak berdaya kerana walaupun ia ingin memberikan seluruh sinarnya kepada bulan agar selalu kilau kemilau, bintang tak dapat melakukannya kerana jaraknya yang sangat jauh.


Matahari juga adalah bintang, bintang merah yang sama seperti dirinya, kerana letaknyalah matahari dapat terlihat lebih terang daripada bintang. Tapi bintang adalah bukan matahari, kerana itu bulan tidak mencintai bintang.

Cinta memang aneh.

Kerana itu sekali lagi bintang berkata, kali ini kepada semua teman-temannya “Aku tidak ingin lagi menemani bulan mulai malam ini” kemudian ia menghilang (tak hanya meredup dan bersembunyi di balik mega) dan tak pernah lagi menemani bulan. Aku akan memberitahu sebuah rahsia sekarang, BINTANG ITU ADALAH AKU. Ia turun ke bumi sebagai bintang jatuh dan mengabulkan permintaan seorang anak kecil yang menginginkan sebuah basikal merah di hari ulang tahunnya, juga permintaan sepasang kekasih agar mereka berdua dapat hidup berbahagia hingga akhir hayatnya. Ia kemudian jatuh ke rumahku dan menyusup ke dalam rahim ibuku dan menjadi aku.

Dan betapapun aku tak ingin lagi menemani bulan, kadang-kadang aku akan sangat merindukannya. Saat itu aku akan naik ke atas atap rumahku walaupun pada pagi harinya bapaku akan marah-marah kerana ada atapnya yang bocor. Dan aku akan menatap bulan dan mendengarkan percakapan semesta, sambil berharap suatu hari nanti bulan akan dapat mencintai bintang. Jika hari itu tiba aku akan terbang ke langit dan kembali menjadi bintang yang akan selalu menemani bulan.
Maha Karya Cinta

Begitu berat melangkah
melihat kau bersamanya
adakah aku yg salah
atau hanya helah saja

ku masih mencintai diri mu
bila kau menjauh
ku rindu

kau bagaikan udara
yang membantu aku untuk terus hidup diatas dunia
tanpamu ku lemah
pasti aku tak berdaya
kerna kau maha karya cinta ...

biarpun kau tidak mahu
menerima kasih daku
ku kan setia bersama mu
sehingga ke akhir waktu

ku masih menyayangi diri kamu
bila kau berlalu
ku rindu ..

kau bagaikan udara
yang membantu aku untuk terus hidup diatas dunia
tanpamu ku lemah
pasti aku tak berdaya
kerna kau maha karya cinta

kau takkan dapat aku lupakan
kerna kau lah punca cinta kita
mengajar aku erti bahagia
kembalilah ..
terimalah pesan daku
yang akan terus menunggu

Tuesday, December 26, 2006

Mimpi Yang Tak Sudah

Apa maknanya impian datang dan pergi
Membawa hati menyusuri kembali
Jalan-jalan sepi
Kau kah di situ
Yang menanti ku
Atau jelmaan titi kenangan yang bernama pengalaman

Siapakah diantara kita
Dengan rela menjadi pendusta
Siapakah dulu membina harapan
Dan siapa yang memusnahkan impian
Tanpa sebab dan alasan
Kau mainkan perasaan
Bagai taufan tiba-tiba datang dan menghilang

Kau bayang-bayang
Masa nan silam
Ada ketika terbawa-bawa oleh resah
Mimpi yang tak sudah

Aku berjuang dengan takdir sampai terasa jadi batu,
tapi air mata masih jua menitis...?


Meski hari silih berganti
dengan segala kesulitan dan kemudahan
yang ada di dalamnya
namun masih saja ada kesulitan hidup
yang keras dan sulit untuk ditaklukkan
hingga hidup terasa hina
dan tidak menjadi indah dibuatnya.

Namun tetap saja kami jalani segalanya
dengan jiwa yang tenang
dan mungkin satu pengorbanan
yang terlalu payah hanya dengan luahan.

Kami mampu menanggung kehidupan berat
yang sulit terpikulkan.
Untung saja kami masih memiliki
jiwa yang mampu bersabar
hingga tujuan hidup diwujudkan
meski banyak orang yang tidak berdaya menghadapinya.


Maafkan aku
Tidak terkias pelangi tenang
Menyusuri dunia yang kau sentuh
Dalam cantingan karya maya

Maafkan aku
Masih harus membiasakan sendiri
Menyusuri sepi lorongan
Dalam malam kalut pekat

Maafkan aku
Tidak betah lebih lama
Hadir dekat di telapak tanganmu
Waktu yang kian membisu
Ingin lebih lama
Menyemai rindu kemboja
Ingin lebih lama merasakanmu lebih dalam
Dalam waktu detik
Sejauh bahkan ribuan hari
Aku ingin lebih dekat denganmu
Waktu yang tidak pernah menjemu
Yang banyak membunuh ruang
Yang kelewat tersisa untuk kita

Bukankah kau temukan sebuah hidup
Pijaklah rumput rumput hijau
Temukan jiwa kosong dalam mimpimu
Kelak mimpiku nanti terisi
Dan diisi jiwa jiwa dari masing masing kita

Terletakkah harap
Ilusi yang masih di sini
Dalam waktu panjang, ya pilihlah
Anjakkan realiti, ya gempurlah
Sentuhkan duniamu
Walau ilusi memungkirkan indah
Dalam janji...

Friday, December 22, 2006

KEHILANGAN...

Satu pertemuan kembali
terbentuk satu dunia
dimana
Kasihmu senyummu
tangis dan resahmu
adalah segalanya aku.
Betapa indah sayang....
pertemuan kali ini
aku menyentuh hingga ke rohanimu
dan berbalaslah.
Sayangku, tawaku airmata
dan sepiku adalah
segalanya mutlak milikmu.
Sesungguhnya amat agung pemilikan ini
walaupun hakikatnya
kau tak mungkin jadi hakku
sehingga kepunyaan itu
adalah satu KEHILANGAN jua......



MIMPI YANG SEMPURNA

Mungkinkah
Bila ku bertanya
Pada bintang-bintang
Dan bila akupun merasa
Merasa kesunyian

Salahkah aku yang berjalan
Dalam kehampaan
Terdiam, terpana, terbata
Semua dalam kehaluan
Aku dan semua
Yang terluka karena kita

Aku kan menghilang
Dalam pekat malam
Lepas ku melayang

Biarlah ku bertanya
Pada bintang-bintang
Tentang arti kita
Dalam mimpi yang sempurna
Aku dan semua
Yang terluka karena Kita

Thursday, December 21, 2006

Sinar Bertemu Cahaya

Mata yang berkaca
Jernih bagaikan cermin
Menggambarkan yang rahsia

Resah yang terpendam
Jauh di lubuk hati
Mendambakan pengertian

Cinta yang sebenar
Kunci pencapai maksud
Panji kasihku berkibar

Jiwa yang cedera
Sudah bertaut luka
Bersemangat dan membara

Melunaskan impian
Doa serta perjuangan
Di penghujung kalimah
Tanpa huruf dan ayat
Sinar bertemu cahaya

Kasih memerlukan
Pengorbanan yang tulus
Tanda kesetiaan

Kasih memerlukan
Kekuatan dalaman
Baru padu dan teguh
(Cerah kemenangan)
Waktu-Waktu Begini

Waktu-waktu begini
kesepian pun meragut segala kedamaian
memisahkan hari-hari yang manis
hanya sedetik cuma

Lewat sebelumnya
kuntum-kuntum mekar menghiasi taman
sepi ini
menyusuri pohon-pohon rindu di kolamrasa
mentari menyapa di tabir kehidupan

Pun secebis ketenangan di waktu
pertemuan
tiba-tiba mengkhabarkan segumpal
sengsara lalu
terdamparlah aku di pohonan sepi.

Kini
bagaimana mungkin akan kuteguk
kembali segelas kedamaian
buat memenuhi ruang diri dan
bagaimana lagi harus kita menciptakan
hari-hari yang damai itu
supaya kita tak sendirian dalam
penantian.
jika gugur air mataku
di malam ini
kan kuhimpunkan bersama-sama
manik-manik hujan
yang berderai
di tanah gersang
kan kujadikan kalung hiasan rinduku
kan kupakai mengembara zaman

air mataku yang gugur
bersama-sama debu rindu
yang tak pernah sampai
akhirnya
menjadi sekepal malu
mengiring kembaraku
ke hujung waktu

air mataku yang gugur
adalah cinta
adalah rindu
adalah setia
adalah malu.
yang kuhitung ialah sepiku
yang kuhitung ialah mimpiku
yang kuhitung ialah resahku
yang kuhitung ialah ragaku

akan kuhitung setiamu
akan kuhitung janjimu
akan kuhimpun masa silamku
akan kuhimpun kenang-kenanganku

semuanya sirna
dihakis waktu
Seperti mimpi
tersusun indah dan mengkhayalkan
bergerak tanpa diatur
melihat kehidupan
merasai kesempurnaan

tidak pernah ada janji
semuanya tidak pasti
bila tiba saat sedar
tertinggal hanya serpihan
dari seluruh perjalanan
pedih pilu dan penuh rindu

Tuhan
berikan aku kekuatan
ingin kugoda seisi alam
biar tunduk pasrah.

Wednesday, December 20, 2006

Aishah
Merenung Bulan

Terleka aku melihat kemesraan
Mereka berpasang-pasangan
Bersenda keriangan
Bertanya aku pada diri sendiri
Mengapa kutersisih
Diulit mimpi sedih

Haruskah aku membandingkan
Nasib diri dan tuah orang
Haruskah aku melupakan
Segala kurniaan

Entah mengapa mataku ini
Halaman orang nampak berseri
Laman sendiri berwarna warni
Tak bererti
Terlalu asyik memandang bintang
Merenung bulan tinggi di awan
Bumi dipijak
Rumput yang hijau kulupakan

Entah mengapa sering terlupa
Rahmat yang tiba berbeza-beza
Untuk semua kurniaan Nya tak terhinggga
Janganlah asyik memandang bintang
Merenung bulan tinggi di awan
Bumi dipijak rumput yang hijau
Dilupakan


NZH..
Setiap orang punya rasa cinta.
Tapi tak semua orang dapat merasai cinta.
Setiap orang pernah bercinta.
Tapi tak semua mampu mengecapi bahagia.

Friday, December 15, 2006


POHON LARA

Masih setiakah engkau burung
pada pohon yang lara
setelah daunnya gugur
ke bumi gersang,
di musim kemarau
yang tiada kesudahan?

Terbang pergilah kau burung
jika kau mau,
ke pohon rendang
yang mampu beri teduhan.
Atau terus berkelana
bersama pohon lara,
di atas ranting rapuh
dan dahan seliuh.

Kiranya engkau pilih
untuk patah dan rebah
bersama pohon lara,
maka jadilah engkau burung,
sahabat setia pohon lara
sampai bila-bila.



Ruang Waktu

Tiada ruang cemas yang kosong
tiada waktu erti menunggu
bangku sepi pengunjung sudah pergi
tanpa tamu tapi tidak sendiri.

Mata fikir jua yang mengerti
Kau ada dimana-mana:
Di ranting didahan
dihujung rumput dipadang
dilembah dibukit
selamat datang berkampunglah dihati.

Thursday, December 14, 2006

Sekejap lagi tirai malam kan berlabuh
bersinarlah bulanku
hembuskan bayu rindu mu datang menyapa tubuh ini
tiupkan semangat kasihmu
moga bersatu rindu dalam sendu dan syahdu..
Pertanyaan Pertama

Akukah seorang pelari tiada destinasi?
Akukah seorang pengembara pencari kasih?
Akan teruskah aku begini merayau-rayau didunia sepi seribu janji?

Bagaikan tangan perawan memanggil untuk sampai menginjak tanah subur dan kakiku berlumpur bertongkatkan sebatang pena bakal memercikkan keringat ilmu.

Akulah pendatangmu yang tak pernah silu, akulah pendatangmu terkandus dihutan bukau.

Sudah kujamah angin lembah tangga batu bukan mamar dipendakian masuk sangkar kuliah, tanpa ilmu tak pernah lembut melainkan berbahangkan kepanasan sambil menelan bara api.

Penukaran yang kadang-kadang menghilangkan kebenaranku, tapi akar menuntut juga benang kesabaran sehingga kadang-kadang menjadi burung kakak tua bisu tak mengerti suatu apa selain bersuara tanpa makna.

Walau dihati tergenggam bantahan, tidak datang keberanian, keberanian mengucapkan kepalsuan.

Sesungguhnya aku telah sampai menjelajahi dunia mu menyelami setiap dasar dan liku yang ku hairahkan dengan seribu janji, kini terkandus dilumpur mu dengan buah ketakutan kerana mimpi ngeri, kelainan dari yang kuharapkan tentang kebenaran untuk mengajarku menjadi seorang ilmuan.

Kejituan telah disempitkan oleh akar dan tradisi dunia mu sehingga ketaranya dunia mu adalah..........!!!
Sebuah kerelaan

Aku ingin menolongmu melintasi suatu puisi meskipun aku tak berupaya menyusun kata-kata puitis namun sepatah kata cukup buatmu mengerti.
Kiranya wujud kerelaan dalam dirimu bersama kita ke pengembaraan itu, biarpun kita melalui onak dan duri berbisa, biarpun tersungkur diperjalanan namun tetap teruskan jua....

Puisiku

Kau tahu..... hingga saat ini ia masih ku simpan dalam sebuah bingkai yang amat sederhana, sebuah penghargaan diri namun hingga kini aku sering mencari-cari dirimu pada wajah dan warna dikesiangan mentari, suaramu dicelah kicauan burung, ilham ciptamu tentang hidup dan kehidupan ini seperti kata-kata mu waktu kita berbicara dulu.
Aku percaya dirimu tidak lagi kembara dan kehilangan diri kerana disinilah kekuatan mu bertolak sebagai wanita sejati.

Seguris hati buatmu

Hari esok yang berlabuh belum tentu buatmu mencukupi apa yang kau hairahkan untukku, dalam rona dan kekudusan waktu dalam menjengok hidup, tapi kau harus mengerti hari esok akan berlabuh itu akan hilang untuk sementara dalam retakkan dan kesamaran yang mampiri kegelapan dalam merangkumi liang rasa jiwa yang meresapi titik embun meruap diatas kehijauan dedaun malam, tetapi aku mengerti esok akan berlabuh disetiap sementara.

Ku tanggongi dali ku alami dalam seribu hidupku sebuah ilmuan, hidupku menghairah seribu harapan untukmu....
benarkah penantian itu suatu siksa mengguris rasa harapan biar parah bersama darah merah,


Citaku......
Yakinkah aku penantian ini akan berakhir biarpun sudah usang, namun masih gagah berdiri dengan satu penghargaan jika benar, lerailah kuntum-kuntum kerinduan yang gugur dikaki sepi akan ku pungut kembali.......
Merenung diri

Diwasai duduk ku merenung diri dan onak didalam hidup bersatu dan keilhaman ku gagal tok merobek rasa yang mungkah menatap seribu harapan halus dan ketinggian untuk menyahuti apa yang dihairahkan didalam suatu hidup bak jejambak kuilhamkan dirimu, diriku adalah suatu pohon dalu-dalu yang mendampingi masyarakatmu.

Di kelainan corakku merubah budimu untuk sampai menjelajahi liku hidupmu.

Kini terkulai diduniamu yang serba kejituan.....


Beku dan hangus

Katakanlah, biar berbuih mulutmu
katakanlah, biar lidahmu menikan hatiku merobek kesetiaanku lalu tinggalkan setiap labuhan layar lautan malam yang membelah kejujuran.

Malam, kau mengajar erti sepi dan kediwasaan.
Bulan, kau mengajar erti rindu membalut sunyiku.
Siang, ku bakar mentari membakari jiwa suci dan hari telah beku hangus tika kita mula meninggalkan bahtera suci.

Dalam kedinginan malam yang beransur tua,
tika gerimis menyirami bumi, rintiknya mercik dikakiku, malam kala itu sejuknya tubuh ini, kesendirian aku membawa perasaan. Dengan rona kesayuan dan kekudusan dibuai seribu kegelisahan. Malam itu mengajar aku tentang perwatakanmu. Aku jadi matang dengan sikapmu, jiwa yang kau miliki sungguh mengajarku memahamimu.

Hatiku.......? Perasaanku.....? Nasibku......? Aku bisakan jadi boneka penghiburmu, kuilhamkan dikau ditinta ini agar kau gembira, tapi sayang...... Aku tetap berduka dan kesunyian membawa perasaanku.

Akan ku panggang hati sendiri walau beribu bintang mengerdip sayu.....


Kembara

Kini aku kesendirian lagi,
berhiba membawa ingatan silam, dikala itu aku ditemani pungguk merindu bulan. Hati ini sayu, ia akan terus kembara mencari kedamaian yang jati. Sekalipun ia tetap kembara sejauh-jauhnya...... Demi setiap duka, suka dan derita menembusi setiap onak, duri dan liku menatap juri dunia.

Wednesday, December 13, 2006

Lelaki beristeri

Aku ikut adat lama
Bila perkahwinan ertinya saksama
Dan kini zaman baru
Bila perkahwinan jadi keliru.

Dan, seperti lelaki-lelaki zamanku
Perkahwinan menjadi hal ragu-ragu
Kenapa aku mahu kawin
Dan tidak adakah jalan-jalan lain
Kemungkinan-kemungkinan
Yang tidak memerlukan
Tanggungjawab, harapan atau kepercayaan.

Tapi apakah hidup tanpa percaya
Yang mendahului cinta dan setia?
Adakah wajar diikuti jalan itu
Tanpa harapan
Yang membendung kerisauan?

Lelaki yang ada isteri
Belajar menguasai dunia
Dalam lindungan rumahnya,
Dalam teduhan harapannya,
Dalam api kepercayaannya,
Untuk memenuhi cintanya.

Sudah kahwin?
Kenapa aku dah kahwin?
Terperangkap dalam lautan
Menolong isteri menukar kain-kain tiduran
Dan mengubah sikap menolong isteri
Menyapu rumah, membersih tingkap
Mengemas bilik, menukar lampiran anak
Mengisi botol-botol garam dan kicap?

Mengapa aku beristeri?
Sebab demi masa yang berubah-rubah
Di sebalik angin dan awan rendah
Belum ku nampak sebarang tanda
Bahawa selain dari perkahwinan
Bagi sekalian manusia
Tidak ada jaminan bahagia.
Ummi

Ku tau engkau derita
Hidup dalam duka sengsara
Namun ku iringi doa agar kau bahagia

Ummi
Ku sunting kuntum melati
Harum sewangi kasih suci

Ummi
Ku bawa penawar hapuskan derita
Apalah ertinya kehadiranku disisimu

Andaiku tak daya membuat kau gembira

Ummi
Ku petik bintang-bintang
Menyinar cahaya hidupmu

Ummi
dikala wajahku yang selalu rindu
Ku tak relakan kau kan menderita selamanya
Biarlah aku yang menanggung deritamu

Ummi
Ku ingin kau menyaksikan
Sinar yang kucipta untumu

Ummi
Berikan senyuman tanda kau bahgia
Takdir dan Waktu

Tidak ku tahu mengapakah
Sepinya melanda hatiku
Dan bukannya kemahuanku
Datangnya sendiri

Tidak ku tahu mengapakah
Pilunya dipinggir hatiku
Dan ku cuba untuk mengusir tapi tak berdaya
Lalu terbuka gerbang hatiku
Menyambut rindu datang bertamu
Aku gelisah…..

Kini rinduku menyemput cinta
Yang ditakdirkan dengan mu sayang
Bukan pintaku atau mahumu
Semuanya suratanNya
Tapi mengapakah kau sekadar waktu
Cinta yang datang cepat berlalu
Pergimu sayang bersama cinta
Tercalar pedih didalam dada
Aku tersiksa….

Aku terbiar kaku menahan
Bisanya menikam kalbuku
Separuhnya nyawa ku pandang wajah
Di depan kaca
Tutup kembali gerbang hatiku
Tidak bermaya langkah kakiku disaat ini

Tidak ku sangka jadi begini
Terpisah jua kita akhirnya
Aku sendiri tidak mengerti
Sungguh pilu dihatiku
Untuk melepaskanmu
Demi kerana ku masih sayang, sayang padamu
Terbangkit resah didalam kalbu
Terhimpun rindu sayang
Tidak kusangka terpisah jua kita akhirnya

Aku sendiri tidak mengerti luka cinta….
NILAI CINTA MU

Pernah dulu ku fikirkan
Tanpa cinta tak mengapa
Bila kau pergi ku rasakan
Sunyinya dihati
Baru kini ku tahu
Nilai cintamu

Ku renungi gambarmu
Ku baca surat surat mu
Namun pedihnya ku terasa
Tanpa kau bersama
Ku harap dikau pun
Begitu jua

Kini aku mengerti
Hanya engkau pelita hati
Semua yang kau korbankan
Hanyalah untukku
Akan tetapku kenang
Kasihmu terhadap diriku
Janji untuk bersama
Sehidup dan semati

Pernah dulu ku fikirkan
Tanpa cinta tak mengapa
Bila kau pergi ku rasakan
Sunyinya dihati
Baru kini ku tahu
Nilai cintamu

Ku renungi gambarmu
Ku baca surat surat mu
Namun pedihnya ku terasa
Tanpa kau bersama
Ku harap dikau pun
Begitu jua

Andainya kau kembali
Kan ku curahkan rasa hati
Akan aku buktikan
Cintaku yang suci
Berikan ku harapan
Untuk bersamamu semula
Akan aku buktikan
Nilai cintaku...
Kau Yang Satu

Tanpa mu akulah yang rindu
Tanpa dirimu hilanglah manjaku
Kasihmu tatanaluriku
Cintamu hanya dihatiku….

Izinkan aku
Selami hatimu
Izinkan aku
Bisikan cintaku
Janjiku pada kau yang Satu
Diriku hanyalah untukmu

Engkaulah yang Satu
Pujaan hatiku
Sucinya cintaku padamu
Sayangku…
Hanya kau yang Satu
Kasih dan rinduku milikmu
INDAH PERCINTAAN


Indahnya percintaan
Bersamamu

Terlena dibuai
kasih sucimu

Rindu yang ku alami
Dari hati tak ku sangsi
Luka yang semalaman
Ku nokhtahkan

Indahnya percintaan
Bersamamu

Bertemu dirimu
Tikaku perlu

Tak ku mimpikan begini
Dulu tak ku percayai
Oh kasih

Pertama kita bertemu
Sememangnya ku meragu
Oh salam perkenalan
Yang dirimu hulurkan

Tak pasti pula ku mengapa
Mungkin kerna ku terasa
Perlu mengenal dulu
Hati budi dirimu

Kesabaran menanti
Terbukalah pintu hati
Menyambut keikhlasan
Kasih seorang insan
Ku terima
Dirimu yang istimewa

Yang ku pinta yang ku harapkan
Oh bahagia terus berkekalan
Janjimu kan ku ingat ku pegang
Oh sayang
Bercerai Duda

Aku sudah bercerai
Mungkin berita itu
Tak memeranjat kamu
Tapi aku berkecai-kecai.

Selamanya aku fikir
Cerai seperti kawin,
Adalah hal peribadi.
Sebenarnya tidak begitu.
Bila aku bercerai
Bukan aku dan dia saja
Melarat kepada keluarga
Keluarga kami berdua
Kepada kawan-kawan
Sesama kerja dan jira-jiran
Tukang dobi pun tahu rahsia.

Pada peringkat mula-mula
Kawan-kawan datang jumpa
Macam melawat orang mati
Semua nak tengok mana dia,
Tetapi bekas isteri saya
Dah pergi rehat bersukaria.

Berkata seorang sahabat-
Maklumlah kawan rapat
Katanya semua dah tahu
Bahawa bekas isteriku itu
Mencintai lelaki baru.

Satu lagi kawan dengar cerita
Aku pun punya cinta muda
Oh, dahsyat kata-kata mereka!
Setua aku ini ada kekasih muda?
Jika betul ada taklah mengapa.

Satu kawan lagi datang berkata
Tak taulah bagaimana dia
Dan isterinya, tanpa kami berdua
Isterinya pun berkata begitu juga
Adakah kita semua harus jadi pelekat
Bagi semua perkahwinan yang sepakat?

Seorang kawan lagi bertutur
Bahawa dia makan ubat tidur
Dan dua hari lena membujur
Setelah seminggu desas-desus,
Mengertilah aku dengan jelas
Bahawa aku tak boleh kata apa-apa
Kerana tidak tahan mata
Melihat mereka berduka nestapa.

Apa yang semuanya tidak tahu
Ialah di sebalik cakap-cakap itu
Darihak nafkah, anak perlu dibantu,
Bahawa di bawah kata-kata simpati,
Ialah aku sendirilah yang ketakutan
Kerana mengalami perceraian,
Dan kini aku sendirian, kesepian.

Pada mula-mulanya
Aku akan menengok jam
Dalam hati sambil diam,
“semalam dia masih ada.”

Kini sudah lama masa berlalu
Sejak aku menjenguk-jenguk waktu
Sudah begitu lamanya,
Tengok kelendar pun tak ada makna
Tapi pada mula-mula bercerai
Segala sebab-sebabnya dihurai
Kenapa orang ramai
Yang menangis dan mengilai
Seolah-olah mereka semua pandai
Dan cerita mereka belum selesai.

Aku fikir kerisauan baru
Serupalah dengan susu baru:
Kita minum cepat-cepat
Sebelum ia masam dan berkulat.

Tetapi kehibaan tak boleh dipakai
Dari semusim ke semusim
Seperti mutiara-mutiara yang lazim
Kita pakai sebagai rantai.

Berduka nestapa akan menjadi
Sesuatu yang tidak disukai
Kepada orang-orang yang memerhati
Akan masa-masa kedukaan kita.

Duda yang elok kelakuan
Tidak menangis bersedu-seduan
(aku?menangis? hanya kerana aku kesunyian sebab
Ketiadaan seorang perempuan yang pernah kucintakan?)

Seorang duda yang budiman
Hidup terus berpedoman
(aku berus gigiku dan tidak menampar dinding. Aku
Tidak mendongak dari hujung jarumku dan bertanya, “kenapa”?)

Seorang duda yang benar
Mengetahui dimana duduknya.

Duda yang waras fikirannya
Tidak meminta apa-apa
Kepada anak-anaknya
(aku senyum dan berkata kepada mereka, Ya, buatlah, silalah.
Aku tahu kau punya hidup sendiri
Aku tidak irihati
Dan berkata kepada mereka,
“dulu aku pun punya hidup juga.’)
Aku berfikir sambil baring dalam gelap
Akan segala hal yang kami rancangkan
Sendirian tidak bermakna apa-apa,
Tapi siapakah mau dengar nanyian solo
Seorang duda dan kedudaannya?

Tidak ada sesiapa
Selain seorang lagi duda,
Kerana hanya dia sahaja
Yang tahu pahit maungnya
Hal demikian takkan berubah warna,
Sebab “alah bisa kerana biasa”.
Ku menatap langit
Yang tenang
Dan takkan manangisi malam
Tuk tetap berdiri
Ku melawan hari
Ku akan berarti
Ku takkan mati

Mungkin masaku
T’lah berlalu
Mungkin hatiku
Tak berbentuk lagi
Rasa ini takkan terobati
Tetapi mati
Takkan mengobati

Ku menatap langit
Yang tenang
Dan takkan
Manangisi malam
Tuk tetap berdiri
Ku melawan hari
Ku akan berarti
Ku takkan mati